Pola Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragraf merupakan cara seorang penulis dalam mengembangkan pola pikirnya berupa pengembangan kalimat-kalimat penjelas yang dituangkan dalam sebuah paragraf. Pengembangan paragraf yang dibentuk dari beberapa kalimat pendukung harus selalu mengacu kepada kalimat topik. Kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf dan dapat juga ditempatkan pada akhir kalimat. Kalimat topik yang ditempatkan pada awal paragaraf bersifat deduktif. Sebaliknya, kalimat topik yang ditempatkan pada akhir paragraf bersifat induktif. Paragraf yang dibentuk secara deduktif maupun induktif akan memudahkan pembaca untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan berbagai model. Keraf (201:84-100) membagi pola pengembangan paragraf menjadi 11 macam, yakni (1) klimaks-antiklimaks, (2) sudut pandang, (3) pebandingan-pertentangan, (4) analogi, (5) contoh, (6) proses, (7) sebab-akibat, (8) umum-khusus, (9) klasifikasi, (10) definisi luas, (11) kepaduan.
Model pengembangan paragraf yang dikemukakan oleh para pakar di atas ada sedikit perbedaan meskipun pada prinsipnya sama. Berikut dideskripsikan beberapa model pengembangan paragraf.
1. Pola Paragraf Ilustrasi-Contoh
Model pengembangan paragraf ilustrasi-contoh ada tiga kriteria. Pertama, kalimat topiknua selalu terletak pada bagian awal kemudian dikembangkan lewat kalimat-kalimat pendukung. Kedua, adanya generalisasi dari umum ke khusus (deduktif) atau dari khusus ke umum (induktif). Ketiga, untuk menggambarkannya dicantumkan contoh-contoh konkret. Pada umum paragraf dalam artikel atau esai yang dikembang dengan model ilustrasi-contoh ini berbentuk deduktif. Berikut ini contohnya.
Contoh (1)
Etika merupakan prinsip dasar moral dari perilaku manusia dari kesatuan sosial (K1). Manusia harus berpegang pada nilai dasar moral yang boleh dilakukan dan dilarang, yang baik dan yang buruk dalam kehidupan bermasyarakat (K2). Prinsip dasar etika masyarakat pada umumnya berlatar dari ajaran agama dan ajaran moral yang tumbuh dalam masyarakat itu sendiri (K3). Sebagai contoh, dalam masyarakat Jawa pernah dikenal etika yang memandang dunia perdagangan patut dihindari dan etika moral yang terhormat adalah dunia priyayi (K4).
Paragaraf contoh 1 terdiri atas empat kalimat, yakni satu kalimat topik (K1) dan tiga kalimat pendukung (K2, K3, dan K4). Kalimat topik nya terletak pada awal paragraf maka paragraf tersebut dibentuk secara deduktif. Kemudian, kalimat topik itu dikembangkan oleh kalimat-kalimat pendukung dengan mencantumkan contohnya. Gagasan pokok paragraf diatas adalah etika merupakan prinsip dasar moral. Gagasan pokok itu dikembangkan oleh gagasan-gagasan penunjang, yaitu (1) manusia harus perpegang pada nilai moral, (2) moral itu terakar dari ajaran agama, dan (3) contohnya, masyarakat jawa memandang bahwa moral priyayi itu terhormat. Semua kalimat pendukung itu saling berkaitan dan mengacu kepada kalimat topik.
2. Pola Paragraf Perbandingan-Pertentangan
Model pengembangan paragraf ini mengungkapkan perbandingan dan pertentangan antara pokok pikiran karangan dengan pikiran yang lain. Juga dapat digunakan untuk mendefinisikan sesuatu atau topik karangan. Di samping itu, model pengembangan ini berusaha menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua hal, seperti sisi baik dan sisi buruk dalam karangan. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh (2)
Dalam dunia sepak bola, Pele menjadi legenda (K1). Dia hidup sederhana dan bersahaja (K2). Fisiknya masih sehat dan raut wajahnya kelihatan masih muda, meski usianya sudah tidak muda lagi (K3). Ulasan dan komentarnya pada Piala Dunia Prancis 1998 selalu ditunggu oleh masyarakat pecinta sepak bola (K4). Lain hal nya dengan legendaris tinju Muhammad Ali (K5). Pada hari tuanya ia pasrah dengan penyakit Parkinson yang menyebabkan sulit berbicara dan harus dituntun saat berjalan (K6).
Paragraf contoh 2 terdiri atas enam kalimat yakni satu kalimat topik dan lima kalimat penndukung. Gagasan pokoknya adalah legenda Pele. Gagasan itu diperluas ke dalam sebuah kalimat topik manjadi “Dalam dunia sepak bola Pele menjadi legenda”. Kemudian gagasan pokok itu dikembangkan dengan cara perbandingan dan pertentangan. Yang diperbandingkan dan dipertentangkan adalah cabang sepak bola dengan cabang tinju. Sesuatu yang dibandingkan dan dipertentangkan adalah yang memiliki tingkat sama dengan Pele sebagai legenda sepak bola, yaitu Muhammad Ali sebagai legenda tinju. Rudy Hartono sebagai maestro bulu tangkis bisa juga dibandingkan dan dipertentangan dengan Pele maupun Muhammad Ali. Jadi, yang dibandingkan dan dipertentangkan adalah yang setingkat.
3. Pola Paragraf Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan model sebab-akibar atau akibat-sebab. Dalam mengembangkan paragraf sebab-akibat, pokok pikirannya berupa sebab dan pikiran penjelasnya berupa akibat. Namun, dapat juga sebaliknya, pokok pikirannya berupa akibat dan pikiran penjelasnya berupa sebab.
Penulis perlu memiliki kemampuan membuat kalimat yang berisi alasan-alasan yang berupa paparan. Oleh karena itu, penulis harus menganalisis situasi dengan memaparkan alasan-alasannya yang mencerminkan adanya sebab akibat. Berikut ini contohnya.
Contoh (3)
Nafsu berada dalam jiwa manusia sebagai pusat tertumpuknya sifat-sifat yang tercela, maka ia selalu mendorong kepada perbuatan jahat (K1).perbuatan seperti mencuri, memperkosa, dan membunuh merupakan dorongan nafsu yang dikendalikan oleh setan (K2). Namun, nafsu itu tidak boleh dibunuh, ia harus dibina dengan baik (K3). Untuk mengendalikan hawa nafsu yang ada pada diri manusia, salah satu caranya harus berpegang kepada ajaran agamanya (K4).
Paragraf contoh (5) terdiri atas empat kalimat, yaitu satu kalimat topik dan tiga kalimat pendukung. Gagasan pokonya adalah “nafsu mendorong kepada perbuatan jahat”. Gagasan poko yang dituangkan ke dalam kalimat topik pada K1 itu sebagai sebab. Kemudian, gagasan pokok itu dikembangkan oleh beberapa gagasan pendukung dalam kalimat pendukung sebagai akibatnya, yaituyang terdapat pada K2, K3, dan K4.
4. Pola Paragraf Narasi
Paragraf model narasi mengembangkan gagasan pokok dengan menceritakan kembali suatu kejadian atau pengalaman seperti sebuah cerita yang singkat. Kalimat-kalimat yang dikembangkan dalam paragraf ini disusun secara kronologis. Informasi yang digambarkan disampaikan secara urut. Berikut ini contohnya.
Contoh (4)
Pak Slamet, suami Bu Rina Sulastriningsih yang mempunyai tiga orang anak, asal desa Ngancar, giriwoyo, wonogiri merupakan sosok penjualbakso di Jakarta yang sukses (K1). Dia tergolong seorang jutawan sebab warung baksonya yang diberi nama SLARIS tersebar cukup banyak di ibu kota (K2. Dua warungnya yang paling dikenal adalah di daerah Pasar Minggu dan Matraman (K3). Langganannya dari kelas menengah keatas, bahkan ada beberapa menteri yang menjadi langganan tetap warung bakso SLARIS (K4). Pendapatan bersih Pak Slamet pehari ditaksir Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) (K5). Maka, jangan heran bila rumah Pak Slamet didesanya tergolong sangat mewah dan berisi mobil-mobil mewah pula (K6).
Paragraf contoh (4) terdiri atas enam kalimat, yakni satu kalimat topik dan lima kalimat pendukung. Gagasan pokoknya adalah “pak Slamet sosok penjual bakso yang sukses”. Gagasan pokok yang dituangkan didalam topik pada K1 itu dikembangkan oleh lima kalimat pendukung secara berurutan. Model pengembangan narasi ini seperti cerita singkat yang menggambarkan suatu kejadian, pengalaman, dan kisah.
5. Pola Paragraf Pertanyaan-Jawaban
Model pengembangan paragraf yang berupa pertanyaan-jawaban ini dapat mengarah kepada bentuk paragraf sebab-akibat dan dapat disebut pula sebagai model pengembangan paragraf definisi. Pertanyaan sebagai kalimat topik berupa pokok pikiran kemudian jawabanya dapat berupa definisi yang diungkapkan dalam kalimat pendukung. Jadi, paragraf dengan model pengembangan ini dapat diawali dengan kalimat pertanyaan. Misalnya: Mengapa orang sulit menerapkan budaya antri?Kalimat pertanyaan itu dapat dikembangkan oleh beberapa kalimat pendukung untuk menjawab topik permasalahan tersebut. Kalimat-kalimat pendukung merupakan jawaban dari kalimat topik. Model pengembangan tanya-jawab pada dasarnya berupa pertanyaan pokok permasalahan dan langsung dijawab dalam sebuah paragraf itu.
Karangan atau esai yang terdiri atas beberapa paragraf tidak mungkin semua paragrafnya berupa model tanya-jawab. Kemungkinan hanya ada satu paragraf yang berupa tanya-jawab. Berikut ini contohnya.
Contoh (5)
Untuk memahami lebih jauh tentang bahasa, kita perlu mengetahui mengenai bahasa itu (K1). Bahasa adalah sistem lambang bunyi tutur yang bersifat arbitrer terjadi karena konvensi dan digunakan untuk berkomunikasi (K2). Dari batasan bahasa itu dapat diambil lima butir penting sebagai ciri-ciri bahasa, yakni (1) bahasa itu sistematik, (2) bahasa itu berupa lambang bunyi, (3) bahasa itu arbitrer, (4) bahasa itu konvensional, dan (5) bahasa itu untuk berkomunikasi (K3). Kelima butir itu telah mencakup pengertian bahasa secara komprehensif, yaitu bahasa sebagai ilmu dan bahasa sebagai alat komunikasi (K4).
Paragraf contoh (5) terdiri atas empat kalimat, yaitu satu kalimat topik dan tiga kalimat pendukung. Permasalahan yang diungkapkan terdapat di dalam kalimat topik pada K1, yakni “kita perlu memahami mengenai bahasa”. Permasalahan itu pada intinya merupakan pertanyaan apakah bahasa ?. Kemudian, pokok permasalahan itu dikembangkan dengan jawaban-jawaban yang dituangkan ke dalam kalimat-kalimat pendukung. Juga dapat diakhiri dengan kesimpulan seteah diperoleh jawaban yang memadai. Kalimat jawaban yang berupa definisi dapat disebut model pengembangan definisi. Dengan demikian, model pengembangan paragraf tanya-jawab dapt berupa model pengembangan paragraf definisi.
6. Pola Paragraf Analogi
Model pengembangan paragraf analogi ini dapat diterapkan secara bervarias untuk tujuan analogi. Biasanya analogi ini digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal dengan sesuatu yang belum dikenal. Model pengembangan analogi sangat tepat untuk menganalogikan sesuatu yang belum dipahami dengan sesuatu yang sudah sangat dikenal. Model paragraf analogi berfungsi membandingkan dan mengingkatkan hal yang berbeda. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh (6)
Nanik Handayani seorang gadis Solo memiliki perangai yang halus, berpenampilan sederhana, dan sikapnya sangat baik (K1). Setelah lulus SMU ia langsung dilamar oleh Sutrisno, pemuda asli Ponorogo yang bekerja di Bank Mandiri Boyolali (K2). Pak Marjono, ayah Sutrisno sangat bangga terhadap menantunya yang berasal dari Solo tersebut (K3). Pada suatu hari, ulistyadi, adik Sutrisno menyampaikan kepada bapaknya bahwa dirinya mempunyai pacar, Atik Binti Ridwan yang berasal dari Solo juga (K4). Pak Marjono, ayahnya tak berpikir panjang dan langsung menyetujuinya (K5).
Paragraf contoh (6) terdiri atas lima kalimat, yaitu satu kalimat topik dan empat kalimat pendukung. Gagasan pokok paragraf diatas adalah Gadis Solo yang bernama Nanik Handayani sangat baik. Gagasan penunjangnya adalah Atik juga gadis asal Solo yang baik sepeti Nanik Handayani. Atik dibandingkan dengan Nanik Handayani sebab Nanik Handayani sudah dikenal oleh keluarga Pak Marjono. Dengan demikian, kebaikan Atik menganalogikan dari Nanik Handayani.
7. Pola Paragraf Penderetan
Model pengembangan paragraf penderatan merupakan cara yang sistematis untuk mengungkapkan unsur-unsur yang jumlahnya lebih dari satu. Paragraf penderetan adalah paragraf yang dikembangkan dengan menderetkan unsut-unsur, macam-macam, jenis-jenis, faktor-faktor dari sesuatu yang tersurat dalam kalimat topik (Zuchiridin, 1991:91). Unsur-unsur yang dideretkan diungkapkan pada kalimat pendukung. Berikut ini contoh paragraf penderetan.
Contoh (7)
Kata benda dalam bahasa Arab digolongkan menjadi dua jenis (K1). Pertama, kata benda jenis laki-laki yang disebut “Mudzakar” (K2). Ciri kata benda mudzakar ini fonem terakhir tanpa “ ta marbutoh”, seperti “maktabun” (meja), “baabun” (pintu), dan “sirwalun” (celana) (K3). Kedua, kata benda jenis perempuan yang disebut “muannas” (K4). Ciri kata benda “muannas” ini diakhiri dengan fonem yang berupa “ ta marbutoh”, seperti “sabburotun” (papan tulis), mistorotun (penggaris), dan “kurrotun” (bola) (K5).
Paragraf contoh (7) terdiri atas lima kalimat, yaitu satu kalimat topok dan empat kalimat pendukung. Kalimat topoknya adalah “Kata benda dalam bahasa Arab digolongkan menjadi dua jenis”. Kemudian, gagasan pokokdalam kalimat topik itu dikembangkan dengan model penderetan, yaitu berupa rincian gagasan pokok dengan tanda kata bilangan dalam kurung.
No comments:
Post a Comment